Mengenai Saya
Visitors
Kalender
Me
Jumat, 21 Mei 2010
Souljah
HISTORY OF SOULJAH
THE BEGINNING | 4 April 1998
Sekelompok Mahasiswa Periklanan FISIP UI membentuk sebuah band dengan nama ARIGATOO dengan formasi
Danar (voc), Bayu (gitar), Ari (guitar), Dimas (Drum), Shanty (trompet), Ocha (trompet), Renhat (Bass).
Layaknya band kampus lainnya mereka membentuk band untuk mengisi waktu luang.
THE SINGLE | Late 1998
Bosan membawakan lagu Save Ferris, Bob Marley dan Reel Big Fish, Arigatoo memberanikan diri untuk merekam dan merilis single INDEHOY DI TELUK BAYUR yang langsung menjadi hits di kalangan underground.
Dengan lagu Indehoy, Arigatoo segera melejit menjadi bintang tamu di berbagai acara musik.
NEW FORMATION | Mid 1999
Seiring dengan meningkatnya kesadaran bermusik dan pentingnya Brass Section dalam setiap aksi panggung maka direkrutlah David (trompet) dan Vino (Alto Saxophone).
Inilah formasi lengkap pertama Arigatoo; Danar (vocal), Bayu (gitar), Ari (gitar), Renhat (bass), Dimas (Drum), Ocha (trompet), Vino(sax), David (trompet).
THE INDUSTRY | DECEMBER 1999
Tahun 1999 menjadi tahun yang berarti bagi Arigatoo karena di tahun ini mereka masuk dapur rekaman untuk menyumbangkan sebuah lagu dalam album kompilasi Skamania, kompilasi ska rilisan Sony Music, tahun 1999. Dengan single PETUALANGAN VW COMBI.
Lagu yang menjadi andalan mereka di album ini ternyata tidak berhasil membawa mereka dikenal oleh luas. Hanya kalangan underground yang memberikan apresiasi tinggi terhadap karya mereka.
DOOMS DAY | OCTOBER 2000
Gairah bermusik Arigatoo segera melambat seiring dengan tidak kondusifnya kondisi industri musik tanah air dan hengkangnya beberapa personil Arigatoo; Renhat (bass) hengkang untuk melanjutkan kuliah komunikasi di Hawaii dan Ari (gitar) pergi untuk masuk dalam dunia kerja.
THE TRANSITION | 2000-2002
Selama 2 tahun Arigatoo mengalami masa kegelapan dengan bertambahnya personil yang hengkang yaitu Dimas (drum) dan Ocha (Trompet).
Selama 2 tahun walau tercatat hanya beberapa panggung musik yang disambangi oleh Arigatoo namun mereka mencoba untuk tetap eksis di dunia musik.
HOME COMING | Mid 2002
Renhat (bass) kembali mengisi posisi bass karena telah menyelesaikan kuliahnya dan Dimas (drum) pun kembali mengisi formasi Arigatoo menjadi formasi Komplit pertama setelah masa transisi.
Formasi terakhir Arigatoo adalah: Renhat (bass), Danar (vocal), Dimas (Drum), Bayu (gitar), David (trompet), Vino (Alto Sax).
FIRE STARTER | Early 2003
Album kompilasi Asian Ska Foundation yang dirilis oleh label dari Jepang- Authority Records membakar kembali semangat Arigatoo untuk kembali serius di musik dan melupakan sejenak segala pekerjaan kantoran mereka.
Kompilasi ini pula yang membuat Arigatoo kembali meneruskan beberapa lagu yang sempat mereka rekam di tahun 2000.
THE BEGINNING IS THE END
IS THE BEGINNING | MID 2003
Kami Bukan Perawan Lagi merupakan awal bagi Arigatoo masuk ke industri rekaman Nasional. Dengan album ini pula Arigatoo menyatakan keseriusannya dalam bermusik.
Album ini juga merupakan akhir dari perjalanan musik Arigatoo yang akan bertransformasi menjadi sesuatu yang lebih besar.
Dan album ini jugalah yang menjadi awal masuknya SAID dalam formasi Arigatoo dan hengkangnya Vino (alto sax).
FINALLY ITS SOULJAH | Early 2005
Akhirnya setelah merasakan image yang tidak jelas terhadap aliran musik yang mereka bawakan ARIGATOO mengganti namanya menjadi SOULJAH yang lebih cocok untuk JAMAICAN MUSIC yang mereka usung.
Penggantian nama ini diiringi dengan releasenya album BREAKING THE ROOTS dibawah label mereka sendiri OFFBEAT MUSIC.
Formasi album ini adalah: Danar (vokal), Said (toasting), Bayu (gitar), Dimas (drum), renhat (bass), David (trompet/Keyboard).
SECOND ALBUM | Early 2007
BERSAMAMU yang merupakan album kedua SOULJAH membawa banyak perubahan internal.
Dalam penggarapannya album ini kembali berganti personil dengan hengkangnya Dimas(drum) yang digantikan oleh Hanli serta masuknya kembali Vino(sax).
Formasi album ini adalah: Danar (vocal), Said (toasting), Bayu (guitar), Renhat( bass), David (keyboard), Vino (tenor Sax),Serta Additional player Hanli (drum), Edot (trombone).
Album yang diiringi dengan Novel dengan judul, cover serta cerita yang sama urutannya dengan album mereka.
TRILOGY MESTAKUNG | Mid 2009
MERAH-KUNING-HIJAU adalah trilogi album SOULJAH yang dikemas dalam BREAKING THE ROOT/Merah, BERASAMAMU/Kuning, dan MESTAKUNG/Hijau.
Warna yang melambangkan perjuangan SOULJAH dalam bermusik, berkarya dan menyebarkan apa yang mereka kerjakan kepada masyarakat luas.
Dalam penggarapannya album ini SOULJAH kembali berganti personil. Kini Bayu (gitar) digantikan oleh Gema dan masuknya additional player Nanda (drum).
11 tahun yang panjang namun belum berakhir. Apakah Semesta alam akan mendukung SOULJAH? biar sejarah yang membuktikan.
THE COMPLETE HISTORY OF WHAT SOULJAH KEEPS FIGHTING FOR
THE BEGINNING | Mid 2003
Album KAMI BUKAN PERAWAN LAGI menjadi tonggak berkecimpungnya Arigatoo di industri musik seperti ditulis Kapanlagi.com ”Uniknya, mereka juga punya label sendiri yang namanya pun kocak,Senyum Tante Record. Main-main? Tidak, mereka memainkan musiknya dengan serius.
Senyum tante record mengawali keseriusan anak-anak FISIP UI ini untuk bermusik dan hidup dari musik.
GETTING SERIOUS | Late 2004
Merasa kurang serius di album sebelumnya, Arigatoo pun bertransformasi menjadi SOULJAH dan mengganti Senyum Tante Record menjadi Offbeat Music. Semua ini dilakukan untuk menunjukkan kepada masyarkat bahwa SOULJAH adalah band yang terkonsep.
Untuk menyatakan keseriusan mereka maka dipilihlah NAGASWARA sebagai distributor album pertama SOULJAH - BREAKING THE ROOTS.
SOULJAH menggaet Sundari Sukotjo dan Happy Salma serta hendrik Rastafara untuk menunjukkan konsep bermusik yang mereka maksud. MUSIK SOULJAH!
THE LABEL | EARLY 2005
Dengan Danar dan Bayu dibagian promosi, Dimas dibagian desain, Said keuangan, David Merchandise, serta Renhat sebagai kepala operasional maka lengkaplah OFFBEAT MUSIC sebagai label indie yang tidak tanggung-tanggung dalam berpromosi.
Berbekal ilmu waktu kuliah maka mereka mulai berpromosi baik ATL maupun BTL. Tour Jawa-Bali dari kocek sendiri pun mereka jalani.
THE BREAK UP | Late 2005
Berhasilkah SOULJAH?TIDAK!
Yang mereka hasilkan hanyalah hutang sebanyak 50 Juta Rupiah dan job yang tidak kunjung datang.
Dengan pengetahuan yang minim serta tidak adanya pengalaman di industri rekaman maka SOULJAH-BREAKING THE ROOTS gagal di pasaran.
Kegagalan membuat keretakan dalam band semakin terasa. Kembali SOULJAH harus bergotong royong dalam membayar sewa studio latihan.
MAINTAINING | EARLY 2006
Gagalnya album perdana SOULJAH juga menandai hancurnya OFFBEAT MUSIC. Yang tersisa hanya Renhat.
Dengan bantuan Robin, Offbeat Music mencetak artis baru yang mereka beri nama DUA.
Dengan modal yang seadanya dan harapan lagu Pop lebih menjual maka album perdana DUA -TENTANG KITA dirilis dibawah distribusi VIRGO.
Hasilnya? Gagal!!!
THEY ARE BACK | Early 2007
Yap! SOULJAH is back. Setelah berhasil mengumpulkan dana untuk membayar hutang dan menyisakan sedikit uang panggung untuk rekaman maka album BERSAMAMU dirilis.
Setelah di album pertama SOULJAH berhasil menggabungkan Keroncong dengan SKA, Reggae dengan Dance, Metal dengan DANCEHALL kini album BERSAMAMU mengusung tema AUDIO NOVEL.
Novel dan CD memiliki alur cerita, jumlah bab serta cover yang sama. Mirip apa yang dilakukan oleh artis Berinisial “D” tapi sayangnya kami lebih dulu.
TOO SERIOUS | Early 2008
Berawal dari Senyum Tante Records yang terdengar asal-asalan, membentuk Offbeat Music yang lebih serius hingga merubah Offbeat Music menjadi PT.OFFBEAT INDONESIA di Tahun 2008 membuat Souljah dan teman-teman menjadi semakin serius menjalani dunia musik. Terlalu serius? Mungkin iya, mungkin Gila! itu jawaban yang bisa diberikan untuk saat ini.
Mungkin orang akan berfikir Offbeat mendapatkan uang dari warisan, menang kuis 1milyar atau Investor untuk membangun Perseroan. Tidak!!! Semua hasil kerja keras bermusik.
DREAM COME TRUE? | Mid 2008
Tidak seperti kisah sukses band-band papan atas,ataupun kisah spektakuler dari pebisnis-pebisnis muda yang handal, Offbeat Music dan Souljah kian terpuruk karena kesulitan finansial.
Album yang disiapkan terpaksa ditunda penggarapannya. Kembali Souljah harus mengumpulkan dana untuk menyelesaikan album ke-3 mereka yang merupakan Trilogi Merah-Kuning-Hijau.
GETTING WORSE | Late 2008
Kehilangan seorang sahabat dan pemain gitar yang telah bersama-sama berjuang selama 10 tahun, keadaan finansial yang semakin memburuk, serta kondisi musik Indonesia yang semakin memojokkan musik-musik alternatif membuat SOULJAH semakin terpuruk.
Dalam keterpurukan SOULJAH memilih MESTAKUNG (Semesta Mendukung) untuk menjadi judul album terbaru mereka. Yang menggambarkan keadaan yang mereka alami ketika itu.
MESTAKUNG | Early 2009
Ditengah keterpurukannya Souljah mendapatkan kekuatan dari Semesta Alam untuk tidak berhenti bekerja dan berkarya
SOULJAH kembali masuk studio dan mengaransemen lagu-lagu baru yang segar. Semua inspirasi, daya kreasi dan kemampuan terbaik dari orang-orang terbaik dituangkan dalam 12 lagu baru untuk dimasukkan dalam album MESTAKUNG.
AMAZING | Mid 2009
Amazing! Album MESTAKUNG rampung sudah. Segala kekurangan dan rintangan yang mereka hadapi justru menjadi sumber kekuatan yang menakjubkan.
Tidak hanya album yang rampung namun SOULJAH berhasil menyelesaikan logo baru, image baru, dan tentu saja strategi baru dalam menghadapi kerasnya persaingan dalam industri musik.
Offbeat music yang selama ini menangani Manajemen mereka pun ikut dirubah. Amazing Entertainment dipilih menjadi nama baru yang lebih sesuai dengan konsep baru SOULJAH
TO BE OR NOT TO BE | 2009 .........
Klise, namun tentunya album ini adalah penentuan apakah SOULJAH akan menjadi SUPER GRUP baru atau hanya akan menjadi sampah kegagalan dalam sejarah musik Indonesia!
SOULJAH hanya bisa bekerja dan berkarya namun kesuksesan dan kegagalannya hanya ditentukan oleh teman-teman semua.
Kamis, 20 Mei 2010
Colombus
Christopher Columbus (lahir 30 Oktober 1451 – meninggal 20 Mei 1506 pada umur 54 tahun) adalah seorang penjelajah dan pedagang yang menyeberangi Samudra Atlantik dan sampai ke benua Amerika pada tanggal 12 Oktober 1492 di bawah bendera Castilian Spanyol. Ia percaya bahwa Bumi berbentuk bola kecil, dan beranggap sebuah kapal dapat sampai ke Timur Jauh melalui jalur barat.
Columbus bukanlah orang pertama yang tiba di Amerika, yang ia dapati sudah diduduki. Ia juga bukan orang Eropa pertama yang sampai ke benua itu karena sekarang telah diakui secara meluas bahwa orang-orang Viking dari Eropa Utara telah berkunjung ke Amerika Utara pada abad ke 11 dan mendirikan koloni L'Anse aux Meadows untuk jangka waktu singkat. Terdapat perkiraan bahwa pelayar yang tidak dikenali pernah melawat ke Amerika sebelum Columbus dan membekalkannya dengan sumber untuk kejayaannya. Terdapat juga banyak teori mengenai ekspedisi ke Amerika oleh berbagai orang sepanjang masa itu.
Colombus mengira bahwa pulau tersebut masih perawan, belum berpenghuni sama sekali. Mereka berorintasi menjadikan pulau tersebut sebagai perluasan wilayah Spanyol. Semula Columbus disambut dengan ramah oleh suku Indian, tetapi setelah ketahuan niat buruknya datang di pulau itu, Colombus banyak mendapat resistnsi dari penduduk setempat. Beberapa armada kapal milik rombongan Colombus ditenggelamkan oleh suku Indian sebab mereka merasa terganggu dan terancam oleh kedatangan Colombus.
Senin, 03 Mei 2010
Lombok surga pariwisata
Mataram merupakan kota pemerintahan Provinsi namun keramaian, kebisingan bahkan kemacetan hampir tidak pernah terjadi. Bagaikan sebuah kota Kecamatan di Pulau Jawa bahkan di Sumatera Utara. Begitulah kesan kampung dari ibukota Provinsi Seribu Masjid tersebut.
Mataram yang dikenal dengan Pantai Senggigi dan Pantai Kuta Lombok dan Pulau Trawangan bahkan banyak pelancong menyatakan kalau Pantai Kuta Bali masih kalah indahnya dengan Pantai Kuta Lombok Tengah. Dimana butiran pasir Kuta Lombok memiliki kekasaran putih jauh lebih indah dari Pantai Kuta Bali.
Dua wartawan Waspada, Muhammad Faisal dan Hasriwal AS , yang melakukan wisata kagetan (tanpa rencana), terbang dari Bandara Soekarno Hatta pukul 18.45 WIB. Penerbangan dari Jakarta ke Mataram sama dengan ke Medan dengan waktu tempuh dua jam, namun karena Waktu Indonesia bagian Tengah (WIT) di Mataram yang lebih dahulu maju satu jam dari WIB maka kami tiba pukul 21.50.
Tibanya di Bandara Selaparang kami di jemput seorang sahabat lama Erfan Irianto yang dulunya tinggal di kota Medan . Dari bandara kami mengendarai mobil Mas Fan (begitu kami menyebut Erfan Irianto yang sejak berada di Medan dan sampai menikah dengan gadis Medan Musmaina dan memiliki dua putri dan seorang putra sudah kami anggap sebagai abang) membawa kami ke kediamannya di daerah Rumbige yang hanya berjarak 1 kilometer dari bandara.
Setibanya kami di rumah tua yang penuh nuansa natural dan dirimbunan berbagai bunga adan tanaman keras itu disambut Kakak Musmaina dan ketiga anaknya Ajeng, Dita dan Dimas. Sejenak kami beristirahat satu jam dengan disuguhi minuman teh manis hangat menambah semangat untuk menelusuri keindahan malam Pantai Senggigi.
Malam itu pukul 23 WIT, kami memulai aksi perjalanan pertama dengan mencari tempat-tempat hiburan di pantai Senggigi yang banyak menyajikan live musik diberbagai café yang aneka ragam aliran musik, dari pop, jazz, rangge bahkan dangdut.
Kami mampir di Café Hapy yang menyajikan musik-musik ranggae tahun 80-an yang menempuh waktu perjalanan lima belas menit atau berkisar 7 kilometer dari kota Mataram.
Setelah puas menikmati lagu-lagu zona 80-an yang diselingi lagu Indonesia itu kami beranjak pulang pukul 01.00. Pada jam 01.00 dinihari itu seluruh café diharuskan menyudahi hiburan, baiknya larangan tersebut sangat dipatuhi hingga semua kegiatan malam pun berakhir.
Gili Trawangan
Keesokan harinya, Kamis (6/3), kami berangkat menuju Pulau Gili Trawangan yang merupakan ‘Pulau Seribu Nikmat Tanpa Polusi’ yang sebelumnya kami menikmati kota Mataram sambil makan siang disalah satu rumah makan yang menyajikan berbagai jenis makanan khas Lombok .
Setelah menikmati makan siang, pukul 14.00 dengan diantar Teddy salah seorang adik Mas Fan, kami berangkat menuju Pelabuhan Bangsal untuk menyeberang ke Pulau Trawangan. Dari kota Matram ke Pelabuhan Bangsal hanya menempuh waktu 30 menit dengan jarak sekitar 35 kilometer. Dalam perjalan ke Pelabuhan Bangsal, kami melalui arak-arakan ‘ogok-ogok’ dimana pada hari itu merupakan Hari Raya Nyepi (Tahun Baru Caka 1930) yang tengah dirayakan umat Hindu yang tinggal di Kota Mataram.
Setelah meleawati ‘ogok-ogok’, kami terus mendaki melalui jalur pantai Senggigi kemudian mendaki ke jalur Pusuk Wisata yang rimbun dengan hutan-hutan perawan. Di jalur Pusuk Wisata, kita bisa menyaksikan kera-kera bercengkerama di kiri kanan jalan.
Banyaknya habitat kera yang terus terjaga, membuat kenaturalan alam Lombok menuju Pelabuhan Bangsal semakin mengasyikan perjalanan.
Tiba di Pelabuhan Bangsal yang terletak dibagian Utara, kami naik kapal boat nelayan dengan membayar Rp8 ribu perorang untuk sampai di Pulau Gili Trawangan.
Jarak tenempuh Pelabuhan Bangsal ke Pulau Gili Trawangan hanya memerlukan waktu 20 menit.
Keindahan laut pun dapat dinikmati dalam penyeberangan, untuk sampai ke Pulau Gili Trawangan, kami melintasi dua pulau kecil lainnya yakni Pulau Gili Air dan Gili Meno. Dimana kedua pulau tersebut juga merupakan tempat wisata namun para pelancong pada umumnya memilih tujuan ke Pulau Gili Trawangan.
Setibanya di Pualu Gili Trawangan, penduduk asli Pulau tersebut menawarkan jasa Cidomo untuk mengitari pantai. Cidomo (sama halnya dengan andong atau delman) berasal dari suku kata Cikar – Dokar – Motor. Kata Cikar (yang berarti tempat duduk), Dokar (adalah kuda) dan motor (pada bagian ban yang menggunakan ban motor).
Di Pulau Gili Trawangan ini, tidak satupu kenderaan ditemui selain Cidomo dan sepeda. Patutlah Pulau tersebut disebut Pulau tanpa polusi.
Para turis hanya menggunakan jasa angkutan Cidomo atau menyewa sepeda dengan harga Rp 35.000 per hari untuk berkeliling menelusuri tepi pantai.
Selain keunikan pantai Gili Trawangan, dimana kebanyaka turis asal Australia, Jepang, Thailand, India, dan China berjemur di pantai Selatan pada pagi sampai terbenamnya matahari sama sekali tidak menggunakan sehelai pakaian (berbugil ria).
Selain bebas berjemur tanpa busana, pulau ini juga bebas narkoba yang kebanyakan para turis memakai atau menghisap daun ganja.Lebih anehnya lagi, ketidak sebandingan antara penduduk asli yang hanya ada berskisar 50 jiwa itu jauh dengan jumlah para pelancong sebanyak 700 sampai 800 orang. Bahkan nyaris hampir tidak ada turis domestik.
Kami berdua menjadi perhatian besar para penduiduk asli, karena sangat jarang sekali turis lokal yang menginap di pulau tanpa polusi itu. Di Pulau tersebut hanya ada dua masjid yakni Masjid Isti Kamil yang terletak di Pantai Selatan dan Masjid Istiqomah di bagian Utara. Kedua Masjid tersebut dibangun sejak Tahun 1951.
Sore itu kami berdua berkecimpung di laut (berenang) di pantai Selatan, tak terasa azan magrib mengumandang. Kamipun bergegas menyudahi mandi di laut, kemudian kami menuju masjid Isti kamil untuk shalata Magrib berjamaah. Tidak banyak jamaah, hanya dua saaf.
Sekali lagi, kami berdua kembali menjadi perhatian para pendduk asli yang ketika itu melaksanakan shalat magrib. Karena sangat jarang sekali para turis lokal yang bermalam dan menyempatkan diri shalat ke masjid pulau Gili Trawangan.
Sedangkan untuk menginap satu malam harga satu kamar cottage dan bungalow maupun stay home, harganya variasi mulai dari Rp50 ribu sampai Rp700 ribu permalam.
Pulau Gili Trawangan itu banyak diminati turis, karena kita dapat menikmati keindahan wahana baah laut (taman laut), air membiru menembus pandang hingga ke dasar laut.
Keesokan harinya, Jumat (7/3), kami kembali menyeberang menuju Lombok dan pukul 1130 WIB, kami sudah berada di Kota Mataram dan langsung melaksanakan Shalat Jumat di Masjid lingkungan Bandara Selaparang.
Usai shalat Jumat kami mencari penginapan di salah satu hotel berbintang di pantai Senggigi. Sambil makan siang, di hotel kami menikmati panorama sore di pantai hotel yang merupakan gharis pantai Senggigi.
Kami sempat bertemu seorang penduduk asli Lombok bernama Abdul Wahab, yang berprofesi sebagai nelayan.
Wahab begitu dia dipanggil (maaf tidak sama dengan Wahab Dalimunthe) yang saat ini maju sebagai caleg, apalagi soal nasibnya tentulah sangat jauh berbeda. Dimana Wahab Lombok hanya berpenghasilan Rp25 ribu sampai Rp35 ribu dari hasil menangkap ikan di laut.
Namun ada sedikit yang membuat kami berdua, kesamaan Wahab Lombok dengan Wahab Dalimunthe yakni sama-sama memiliki bakat pemimpin. Hanya saja Wahab Lombok Calon Kepala Desa (cakades) di Pantai Senggigi.
Wahab Lombok menuturkan, majunya dia sebagai Cakades karena desakan masyarakat yang memintanya sebagai pemimpin. “Sebenarnya sangat berat saya meng-aminkan permintaan masyarakat desa, hal ini mengingat kondisi keuangan keluarga saya hanya di topang dari penghasilan nelayan. Saya sudah tiga kali menolak permintaan masyarakat, namun karena terus di desak akhirnya saya mengikuti,” kata Wahab Lombok.
Tentu saja majunya Wahab Lombok yang sama sekali tidak memerlukan perahu (partai) untuk maju sebagai Cakades, sehingga tidak memrlukan tim sukses yang sangat memerlukan dana (uang) besar utnuk memenangkan pemilihan. “Kalau pakai uang saya darimana pak,” tuturnya.
Wahab Lombok berujar, karena permintaan masyarakat desa dia pun maju tanpa memggunakan dana sepeser pun. “Kalau saya terpilih, tentu saya lebih berjuang untuk nelayan karena memang kehidupan masyarakat disini adalah nelayan,” ujarnya seraya menceritakan, kehidupan nelayan di Pantai Senggigi sangat memprihatinkan terutama untuk menopang perekonomian keluarganya.
Dari cerita Wahab Lombok ternyata, sama dengan kehidupan hampir smua nelayan dimanapun, seperti kehiudpan nelayan di daerah pantai Sumatera Utara. Para nelayan hanyalah digunakan sesaat (dimanfaatkan) demi kepentingan baik politis maupun proyek-proyek pantai.
Wisata kuliner
Selain wisata alam dan panorama Lombok , kami juga berwisata kuliner. Dimana salah satu Pelabuhan pada tahun 40-an sampai 80-an, Lombok di kenal dengan Pelabuhan Ampenan.
Ampenan merupakan kota pelabuhan yang lama yang berciri khas arsitektur kuno Mataram. Di kota Mataram (yang sudah menjadi satu kesatuan dengan kota Ampenan dan kota Cakranegara) kita dapat menikmati wisata kuliner, dengan makanan Lombok yang ciri khasnya adalah pedas.
Salah satunya adalah ayam Taliwang, dimana Taliwang nama suatu tempat/kampung, yang awalnya banyak penjual makanan khas Lombok di sekitar daerah tersebut.
Selain ayam taliwang, makanan khas Lombok lainnya adalah plecing kangkung dan ayam plecingan, ayam Julat (ayam yang bumbunya sangat pedas), sambal beberok.
Menu plecing masakan dari kangkung lombok yang diberi / dimasak dengan sambal, ayam plecing (ayam diberi bumbu pedas, didiamkan, dibakar/digoreng, kemudian diberi bumbu pedas lagi).
Tak lengkap makanan tanpa sambal, sambal beberok adalah sambal yang dibuat dari irisan terong ungu, kacang panjang, irisan bawang merah, irisan tomat dan cabe, disajikan bersama makanan khas Lombok lainnya. Minuman khas adalah kelapa madu, terdiri dari air kepala muda, dan kelapa mudanya disuwir-suwir serta diberi madu.
Cakranegara
Cakranegara yang terletak ditengah kota Mataram merupakan kota bisnis, ada pasar pertanian, pasar burung, dan mata air Mayura serta Pura Meru (Pura terbesar di Lombok ).
Cakranegara, konon dulunya merupakan bekas kerajaan, namun bekas kerajaan (situs) sudah tidak bisa dikenali tremakan usia. Makanan khas Cakranegara adalah kaki ayam goreng, telur asin, dodol buah dan berbagai manisan dari rumput laut.
Selain tempat-tempat tersebut di atas, masih banyak tempat wisata lainnya, namun karena waktu kami yang tidak memungkinkan untuk memperpanjang wisata kagetan ini, pantai Batu Bolong, pantai Sire, pantai Kuta Lombok di Tanjung Aan di Lombok Tengah terlewatkan. Mungkin lain waktu kami akan telusuri. Siapa yang mau ikutan?